Jumat, 09 Desember 2011

Makalah Tentang Epistemology

BAB I
PENDAHULUAN
Epistemologi disebut juga dengan filsafat ilmu, merupakan cabang filsafat yang mempelajari dan menentukan ruang lingkup pengetahuan. Epistemologi berusaha membahas bagaimana ilmu didapatkan, bukan untuk apa atau mengenai apa. Para filsuf aliran Sokratik, atau filsauf-filsuf pertama di Barat pada waktu itu belum memberikan perhatian terhadap filsafat pengetahuan. Dan bukan berarti mereka tidak peduli terhadap filsafat. Kehidupan filsafat di Barat makin menunjukkan kemajuannya.
Aristoteles mengawali metafisikanya dengan pernyataan”setiap manusia dari kodratnya ingin tahu.” Aristoteles meyakini hal tersebut.Keyakinan tersebut tidak hanya untuk orang lain saja, tetapi juga untuk dirinya sendiri. Berbeda dengan Socrates, Socrates telah meniti karirnya sendiri dengan berdasarkan suatu pondasi yang berbeda, ia meyakini bahwa tidak seorang manusia pun mempunyai pengetahuan. Ada kemungkinan manusia tidak mempunyai pengetahuan karena tidak menggunakan inderanya untuk mengenali alam ini manusia akan mengetahui ketika ada rasa kagum. Ketika manusia tidak kagum , maka ia tidak akan pernah mengenal filsaafgat,karena pada dasarnya dari rasa kagumlah filsafat bermula. Rasa kagum sebenarnya bukan muncul dari sesuatu yang sulit, tetapi kekaguman muncul, sering muncul dan tampak sederhana dalam kehidupan manusia.
Manusia sering menganggap bahwa sesuatu yang kelihatan adalah dapat dipahami dengan benar dan seolah-olah ia telah mengetahui keberadaan benda dan materi tersebut secara mendalam. Anggapan manusia bahwa apa yang terlihat dan dilihatnya serta dikenalnya, belum tentau dapat dipahami hakekatanya, belum pasti manusia telah sampai kepada pengetahuan yang ia kenal. Dari sinilah nantinya ada peluang bagi epistemologi untuk menjelaskan kenapa manusia mengetahui, kenapa sesuatu itu menjadi seperti itu.
Epistemologi berusaha menjembatani manusia agar menyadari bahwa sebenarnya pengetahuannya adalah karena ketidaktahuannya. Pengetahuan itu dianggap sah dan benar ketika benar menurut pengetahuan tersebut. Terkadang manusia melakukan trial and error untuk mengetahui sesuatu, degan harapan akan mendapatkan kebenaran.
Bahkan, kalau diperhatikan ternyata pertanyaan-pertanyaan filosof sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut merupakan salah satu persoalan-persoalan pokok dalam epistemologi. Kekaguman merupakan awal munculnya epistemologi. Tetapi yang perlu di sadari bahwa keyakinan-keyakinan umum dibentuk bukan dari kesalahan-kesalahan. Tetapi banyak manusia yang merasa lebih tenang dengan pandangan umum.
Pengetahuan berusaha memahami benda sebagaimana adanya, lalu akan timbul pertanyaan, bagaimana seseorang mengetahui kalau dirinya telah mencapai pengetahuan tentang benda sebagaimana adanya? Untuk menjawab apakah manusia telah tahu dengan pengetahuannya, maka epistemologi adalah jawabnya. Kepastian yang dicari oleh epitemologi dalam mencari kebenaran apakah manusia sudah benar sesuai dengan tingkat pengetahuan dimungkinkan oleh suatu keraguan. Dengan keraguan inilah akan memberi kesempatan kepada epistemologi untuk menjawabnya.
Persoalan lain yang muncul tentang epistemologi adalah keraguan/ skeptisisme. Para pendukung skeptisisme keberatan terhadap pelaksanaan epistemologi, karena dianggap mengusulkan sesuatu yang tidak nyata dan bersifat khayal bagi diri sendiri. Posisi seorang skeptis absolut merupakan hal yang paling rapuh di dalam seluruh bidang filsafat. Menurut aliran skeptis absolut pikiran manusia tidak dapat mencapai kebenaran objektif.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferier pada tahun 1854 (Runes, 1971:94).
Secara etimologis,epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang mempunyai arti pengetahuan atau ilmu pengetahuan dan “logos” juga berarti pengetahuan. Dari dua pengertian tersebut dapat dipahami bahwa epistemology adalah ilmu pengetahuan tentang pengetahuan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa epistemology membicarakan dirinya sendiri, membedah lebih dalam tentang dirinya sendiri. Epistemology berhubungan dengan apa yang perlu diketahui dan bagaimana cara mengetahui pengetahuan. Lacey mengatakan bahwa epistemologi membahas tentang,”what can we know, and how do we know it,” Sedangkan Qodri Azizy Epistemologi dikatakan sebagai filsafat ilmu. Lebih lanjut Azizi mengatakan epistemologi berkecenderungan berdiri sendiri. Ada juga yang menyatakan bahwa episteme berarti Knowledge atau science, sedangkan logos berarti the theory of the nature of knowing and the means by which we know. Dengan demikian epistemology atau teori pengetahuan didefinisikan sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, praanggapan-anggapan dan dasar-dasarnya serta reliabilitas umum yang dapat untuk mengklaim sesuatu sebagai ilmu pengetahuan.
Pembicaran tentang epistemologi akan berkutat pada tataran apa yang dapat diketahui dan bagaimana cara mengetahui. Dengan demikian dalam pembahasan ini akan mengacu kepada beberapa teori tentang pengetahuan itu sendiri. Membahas epistemology tidak akan lepas dari berbagai teori tentang pengetahuan, meskipun dalam realitasnya banyak teori-teori tentang pengetahuan mempunyai perbedaan-perbedaan. Terjadinya perbedaan tersebut akibat adanya perbedaan metode, obyek, sistem dan tingkat kebenarannya yang berbeda.
Ada dua teori tentang kebenaran dan hakekat pengetahuan, teori pertama adalah tentang realisme yang mempunyai pandangan bahwa gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada di alam nyata (dari fakta atau hakikat). Artinya apa yang digambarkan akal adalah sesuai dengan realitas di luar akal atau diri manusia. Dengan pendapat tersebut aliran realisme berpendapat bahwa pengetahuan dianggap benar ketika sesuai dengan kenyataan. Teori kedua tentang hakikat pengetahuan adalah idealisme. Idealisme meyakini bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan realitas adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses mental/psikologis yang bersifat subyektif.
2. Study Tentang Pengetahuan Epistemologi
Pembahasan tentang pengetahuan telah dimulai sejak masa-masa para filsuf Yunani. Dasar mereka berfilsafat adalah karena mereka sudah tidak lagi percaya terhadap pengetahuan inderawi. Diantara para ahli filsuf ada yang lebih mengutamakan unsur akal, ada yang menggabungkan antara keduanya (Pengetahuanh inderawi dan akal) dan ada juga yang berpendapat bahwa pengetahuan bersifat relatif subyektif. Pada masa modern ini, masih ada pemikir yang merepresentasikan orientasi-orientasi ini. Namun, kajian tentang pengetahuan (Epistemologi) telah menjadi kajian yang berdiri sendiri (Independen). Pendiri sebenarnya dari teori pengetahuan sebagai sebuah kajian filsafat yang independen adalah John Locke. Ia telah mempertanyakan tentang asal-usul, esensi, batasan dan tingkat keyakinan pengetahuan sejak lama. Adapun Kant dianggap sebagai tokoh terpenting yang telah merumuskan teori pengetahuan setelah Lock. Kant telah mempelajari hubungan antara hal-hal yang bersifat inderawi dan hal-hal yang bersifat rasional serta telah mempelajari batas-batas pengetahuan manusia melalui kritiknya terhadap akal.
3. Epistemologi Menurut Islam
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa epistemologi adalah bagaimana mengetahui pengetahuan. Islam menganjurkan bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, Nabi Muhammad Saw mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim dan muslimat. Dalam hadisnya yang lain Nabi Muhammad mengatakan bahwa menuntut ilmu itu dari ayunan sampai liang kubur. Dari perkataan Nabi Muhammad tadi dapat dipahami bahwa menuntut ilmu sangat penting bagi manusia. Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang yang yakin dan berilmu,” Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa menuntut ilmu penting bagi manusia, karena dapat meningkatkan derajat manusia di sisi Allah Swt dan di sisi manusia.
Islam memandang ilmu bukan terbatas pada eksperimental, tetapi lebih dari itu ilmu dalam pandangan Islam mengacu kepada aspek sebagai berikut pertama, metafisika yang dibawa oleh wahyu yang mengungkap realitas yang Agung, menjawab pertanyaan abadi, yaitu dari mana, kemana dan bagimana.
Pengetahuan dan kebenaran dalam Islam dapat diperoleh melalui ilham,”Dan (ingatlah), Kebenaran dan pengetahuan dapat diperoleh manusia melalui ilham yang langsung diberikan Allah kepada manusia yang telah dipilih-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam pengetahuamn dan kebenaran tidak harus melalui metode ilmiah, penelitian, tetapi dapat langsung diperoleh manusia melalui ilham.
Keyakinan akan kebenaran al-Quran sebagai sumber pengetahuan. Dikatakan al-Quran sumber pengetahuan karena di antara fungsi al-Quran adalah sebagai petujuk dan pembeda antara yang hak dan yang batil.
4. Epistemologi Ilmu Menurut Science Sekuler
Kata sekuler berasal dari bahasa Inggris yang berarti yang berarti bersifat duniawi, fana, temporal yang tidak bersifat spiritual, abadi dan sacral, kehidupan di luar biara, dan sebagainya. Dari arti kamus tersebut sekuler dapat dipahami sebagai alur pemikiran yang membebaskan diri dari hal-hal yang bersifat religi dan berkecenderungan kepada hal-hal yang bersifat duniawi dan kebendaan. Harun Nasution mengatakan bahwa kata sekulerisme dan sekulerisasi berasal dari bahasa latin, saeculum yang berarti abad, sekuler berarti seabad. Seperti permainan yang terjadi sekali dalam seabad.
Sekuler mengandung arti sebagai hal yang bersifat duniawi, berarti segala kegiatannya, apakah dibidang pendidikan, pekerjaan, profesi dan lain sebagainya tidak ada hubungannya dengan agama. Segala akibat dan permasalahan yang mungkin timbul tidak ada sangkut pautnyadengan ajaran agama maupun kepercayaan yang bersifat spiritual.
B. Wilson mengatakan bahwa sekulerisasi adalah cara hidup yang memisahkan agamadengan urusan Negara, sedangkan sekuleris adalah orang yang berpegang pada sekulerisme dan memparktekkan sekulerisasi dalam kehidupan berbagnsa dan bernegara.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa kehidupan meliputi berbagai aspek kehidupan individu, masyarakat, berbangsa,bernegara, pendidikan dan sektor kehidupan lainnya. Sekulerisme berusaha membebaskan manusia dari pemikiran yang terkait dengan keagamaan dan metafisika. Pemikiran sekuler berusaha membebaskan manusia dari hal-hal yang bersifat ukhrowi dan memfokuskan diri kepada hal-hal yang bersifat duniawi dan materi belaka.
Pada awalnya ajaran sekuler lahir dari gerakan protes terhadap social dan politik. Istilah sekuler pertama kali diperkenalkan oleh George Jacub Holyoake pada tahun 1846 Masehi. Meskipun GJ. Holyoake pada awalnya mendapatka pendidikan keagamana, tetapi karena keadaan sosial politik pada waktu ia masih remaja telah merubah dirinya menjadi seorang yang sekuler sehingga akhirnya ia dijuluki sebagai bapak sekulerisme.
Dari uraian tersebut terindikasi bahwa seseorang yang agamis pun dapat menjadi orang yang sekuler sejati tatkala tidak mampu mengendalikan diri dan tidak mempunyai kesabaran dan keimanan yang kuat. Kesabaran dan keimanan yang kuat akan membentengi seseorang dari sekulerisme.
Sekulerisme mengalami puncak kekestriman pada pemikiran materialisme historis. Kemudian pada masa sekuleris memoderat agama dianggap sebagai masalah pribadi. Dari kutipan tersebut tergambar bahwa sekulerisme erat kaitannya dengan materialisme dalam dunia filsafat. Dalam pandangan filsafat sekuler prinsip moralitas alamiah, bebas dari wahyu dan supranatural harus dienyahkan dari pemikiran manusia, pemikiran sekuler harus mengedepankan pengetahuan yang berdsarkan kebenaran ilmiah, kebenaran yang bersifat sekuler tanpa ada hubungannya dengan agam maupun metafisika.
Sekulerisme lahir dari sebuah pertentangan antara ilmu dan agamakristen. Ilmu mengedepankan independensinya yang mutlak, sehingga bersifat sekuler. Kebenaran ilmiah yang diperoleh melalui metode ilmiah telah meghasilkan kemajuan kemajuan ilmu-ilmu sekuler seperti matematika, fisika, dan kimia telah berhasil membawa kemajuan bagi kehidupan manusia. Anggapan ini terdapat kelemahan karena nafikan aspek kemanusiaan dan nilai moral religi. Dengan ladsan ilmiah dan akal mereka mengusulkan agar kebenaran ilmiah menjadi dasar darietika bukan etika yang menjadi dasar ilmiah.pemikiransekuler sangat anti terhadapagama dan lebih mengedepankan aspek rasio dan kecerdasan,berdasarkan prisnsip kemampuan rasio dan kecerdasan mereka menganggap bahwa ilmu pengetahuan mampu mengajarkan aturan-aturan yang berkenaan dengan kebahagiaan. Ilmu menurut paham sekulerisme mampu menghilangkan kebejatan moral dan menghilangkan kemiskinan. Keyakinan bahwa ilmu pengetahuan dapat menghasilkan kebahagiaan, situasi yang mapan dan banyaknya materi dapat menghilangan kebejatan moral dan menghilangkan kemiskinan adalah suatu kebohongan dan sesuatu prinsip yang tidak dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah. Dari pendapat mereka sebenarnya paham sekulerisme telah membantah dirinya sendiri.
Menurut aliran rasionalisme kebenaran dapat dikatakan benar jika sesuai dengan kenyataan, jadi sesuatu yang dianggap benar harus sesuai dengan kenyataan atau dapat dibuktikan, kalau sesuatu itu tiudak dapat lihat secara nyata maka hal tersebut tidak dianggap benar karena tidak sesuai dengan kenyataan. Aliran ini juga berpendapat bahwa pengalaman dan pengamatan bukan jaminan untuk mendapatkan kebenaran.
Para rasionalisme berprinsip bahwa sumber pengetahuan adalah akal budi. Akal budi akan mampu menemukan kebenaran dan pengetahuan yang kan secara terus menrus mencari kebenaran hingga ke akar permasalahan. Aliran ini berusaha menghilangkan aspek pengamatan inderawi sebagai alat untuk mendapatkan kebenaran, tetapi mereka lebih mengunggulkan akal untuk mencapai kebenaran dan pengetahuan.
Epistemologi sains dalam pandangan sekuler mencoba mencari kebenaran dengan metode ilmiah. Metode ini dianggap valid dalam menemukan kebenaran.dengan metode ilmiah mereka mendapatkan ilmu. Ilmu dapat dikatakan sebagai ilmu kalau telah memenuhi metode ilmiah. Pengetahaun dapat dikatakan sebagai ilmu jika telah memenuhi kaidah ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara kerja pikiran. Sehingga nantinya akan menghasilkan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat ilmiah. Metode ilmiah berusaha menggabungkan cara berfiir deduktif dan induktif. Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa metode ilmiah menggabungkan pemikiran deduktif dan induktif. Penalaran deduktif mengacu kepada rasionalisme sedangkan induktif mengacu kepada empirisme.
Untuk lebih memperjelas uraian tersebut akan dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut: aliran rasionalisme menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan, pengetahuan yang benar dapat diperoleh dan diukur dengan akal manusia. Dengan akal manusia dapat memperoleh pengetahuan dan kebenaran.
Rasionalisme beranggapan bahwa pengalaman atau pengamatan bukan jaminan untuk mendapatkan kebenaran. Karena menurut mereka realitas yang dapat dicapai validitasnya dapat dicapai tanpa bantuan dari empirisme. Sebagai argumen mereka adalah dengen menerapkan pola pikir deduksi dan intuisi. Yang kedua pola pemikiran tersebut tidak memerlukan metode empirisme.
Rasionalisme juga berprinsip bahwa sumber pengetahuan berasal dari akal budi. Rasionalitas yang dipunyai manusia akan menalar, menemukan sumber-sumber ilmu pengetahuan baru, dan menggagas kebenaran yang berasal dari rasio dan akal budi.
Empirisme berarti pengelaman indrawi. Aliran ini mempercayai bahwa indrawi manusia sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah yang berhubungan dengan dunia dan pengalaman batiniah yang berhubungan dengan pribadi manusia.
Dalam pandangan sekuler pengetahuan berawal dari keraguan, dengan keraguan tersebut manusia berusaha membangun sebuah pengetahuan, yang mereka teliti dengan kerangak berfikir ilmiah, dengan pola deduktif maupun induktif.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Secara etimologis epistemologi berakar kata dari bahasa Yunani episteme yang mempunyai arti pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Logos juga berarti pengetahuan. Dari dua pengertian tersebut dapat dipahami bahwa epistemology adalah ilmu pengetahuan tentang pengetahuan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa epistemology membicarakan dirinya sendiri, membedah lebih dalam tentang dirinya sendiri.
Membahas epistemology tidak akan lepas dari berbagai teori tentang pengetahuan, meskipun dalam realitasnya banyak teori-teori tentang pengetahuan mempunyai perbedaan-perbedaan. Terjadinya perbedaan tersebut akibat adanya perbedaan metode, obyek, sistem dan tingkat kebenarannya yang berbeda..
Ada dua teori tentang kebenaran dan hakekat pengetahuan, teori pertama adalah tentang realisme yang mempunyai pandangan bahwa gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada di alam nyata (dari fakta atau hakikat). Artinya apa yang digambarkan akal adalah sesuai dengan realitas di luar akal atau diri manusia. Dengan pendapat tersebut aliran realisme berpendapat bahwa pengetahuan dianggap benar ketika sesuai dengan kenyataan. Teori kedua tentang hakikat pengetahuan adalah idealisme. Idealisme meyakini bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan realitas adalah mustahil.

2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, terdapat kesalahan-kesalahan baik dalam penyajian bahan atau penulisan makalah. Maka dari pada itu, berikan kritik dan saran kepada makalah agar saran dan kritik saudara dapat menjadi referensi dan perbaikan dalam makalah kami. Dari lubuk hati kami paling dalam, kami minta maaf dari Bapak Dosen agar memaafkanya dan memakluminya.

DAFTAR PUSTAKA

A.M.W. Pranaka. 1987. Epistemologi Dasar Suatu Pengantar. Jakarta: CSIS.
Miska Muhamad Amin. 1983. Epistemologi Islam Pengantar Filsafat Islam. Jakarta:Bulan Bintang
Suriasumantri, S. Jujun. 1978. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:Gramedia.
www.google.com/ Epistemologi Ilmu/ konsep epistemology
www.google.com/ Kajian Epistemologi/ epistemologi

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 3
1. Pengertian……………………………………………………………………. 3
2. Study Tentang Pengetahuan Epistemologi………………………………… 4
3. Epistemologi Menurut Islam………………………………………………… 4
4. Epistemologi Menurut Science Sekuler……………………………………… 5
BAB III PENUTUP…………………………………………………………….. 9
1. Kesimpulan ………………………………………………………………….. 9
2. Saran…………………………………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih, kita panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, Dzat yang Maha Kuasa, Maha Suci, dan Maha Mengetahui. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhamad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam makalah ini akan membahas tentang Epistemologi, baik dari pengertian, study tentang pengetahuan epistemologi, epistemologi menurut islam, dan epistemologi menurut science sekuler.
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menambah wawasan pemakalah dan pembaca sekalian. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar